10 September 2009

PERLUKAH GURU DIEVALUASI

Guru yang masa bodoh terhadap kinerjannya cermin kurang tanggung jawabnya seorang guru terhadap profesinnya. Apalagi saat ini begitu banyak fasilitas yang diberikan sebagai kompensasi seorang guru. Seperti sertifikasi. Meskipun saat ini masih sedikit yang bisa menikmati.


PERLUKAH GURU DIEVALUASI
lilik-s.blogspot.com
Evaluasi mau tidak mau menjadi hal yang penting dan sangat di butuhkan dalam proses belajar mengajar, karena evaluasi dapat mengukur seberapa jauh kebehasilan anak didik dalam menyerap materi yang di ajarkan, dengan evaluasi, maju dan mundurnya kualitas pendidikan dapat di ketahui, dan dengan evaluasi pula, kita dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk berubah lebih baik kedepan. Tanpa evaluasi, kita tidak bisa mengetahui seberapa jauh keberhasilan siswa dan seberapa baik kinerja jika sebagai guru / fasilitator dalam sekolah dan tanpa evaluasi pula kita tidak akan ada perubahan menjadi lebih baik.
Profesi sebagai seorang guru, perlu dievaluasi untuk mengetahui seberapa jauh cara mengajar kita dan kinerja kita selama melaksanakan tugas belajar mengajar.

Guru yang masa bodoh terhadap kinerjannya cermin kurang tanggung jawabnya seorang guru terhadap profesinnya. Apalagi saat ini begitu banyak fasilitas yang diberikan sebagai kompensasi seorang guru. Seperti sertifikasi. Meskipun saat ini masih sedikit yang bisa menikmati.

Saat ini yang melakukan evaluasi terhadap kinerja guru adalah atasannya (kepala sekolah dan pengawas sekolah). Dalam kesempatan ini saya pengin mengagas evaluasi kinerja guru yang dilakukan oleh siswa.

Mengapa evaluasi itu harus dilakukan oleh siswa, menurut Aleamoni (1981) ada beberapa alasan, antara lain :
1.Para siswa merupakan sumber informasi utama tentang lingkungan belajar, termasuk di dalamnya tentang motivasi dan kemampuan mengajar guru.
2.Para siswa pada dasarnya dapat menilai secara logis tentang kualitas, efektivitas, dan kepuasan dari materi dan metode pembelajaran yang dikembangkan guru.
3.Penilaian kinerja guru oleh siswa dapat mendorong terjadinya komunikasi antara siswa yang bersangkutan dengan gurunya, yang pada gilirannya dapat meningkatkan proses belajar mengajar.
4.Dalam mata pelajaran tertentu, hasil penilaian kinerja guru oleh siswa dapat dimanfaatkan untuk membantu siswa-siswa lain dalam memilih mata pelajaran dan memilih guru yang sesuai dengan dirinya.
5.Dalam pendidikan yang berorientasi pada mutu, siswa pada dasarnya merupakan pelanggan (costumer) utama yang harus didengar pendapat dan pemikirannya atas pelayanan pendidikan yang diberikan gurunya.
Ada pendapat mungkinkah siswa dapat obyektif menilai kinerja kita ? menurut suatu penelitian yang dilakukan oleh Peterson dan Kauchak (1982), menemukan bukti bahwa evaluasi kinerja guru oleh siswa ternyata dapat menunjukkan konsitensi dan reliabilitas yang tinggi dari satu tahun ke tahun berikutnya. Demikian juga, siswa ternyata dapat membedakan pengaruh pembelajaran yang efektif dan tidak efektif dilihat dari dimensi sikap, minat dan keakraban guru.
Memperhatikan pemikiran Aleamoni dan hasil studi yang dilakukan Peterson dan Kauchak tersebut, mungkin tidak ada salahnya di sekolah mulai dikembangkan penilaian kinerja guru oleh siswa, baik yang digagas oleh siswa, guru atau kepala sekolah. Selama evaluasi kinerja oleh siswa ini didesain dan diadministrasikan sesuai dengan kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip evaluasi, maka data yang dihasilkan akan dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan perbaikan mutu dan efektivitas pembelajaran siswa.
Evaluasi kinerja guru oleh siswa yang paling mudah adalah dengan type penyebaran angket. Siswa diberikan angket lalu diisi oleh siswa dan dikembalikan kepada guru. Dari angket tersebut kita akan dapat melihat dari sekian bayak rewsponden berapa persen yang bisa menerima dengan baik jika kita mengajar?. Dari situ seorang guru dapat menyimpulkan sendiri keadaan dirinya di kelas yang dikelola. Diterima, atau tidak diterima, cukup jelas dalam mengajar, atau tidak jelas dalam mengajar.
Hasil evaluasi ini dapat kita gunakan untuk menentukan langkah selanjutnya.
Yang menjadi permasalah saat ini adalah, maukan kita sebagai guru mau membuka diri terhadap evaluasi itu? Atau kita justru ketakutan ketidak mampuan kita terbongkar di depan ank anak? Nah itu terserah pada bapak ibu guru sekalian.


01 September 2009

ELING

ELING
(Sebuah renungan kehidupan)

Dalam kamus bahasa Indonesia terbitan balai pustaka, kata eling dimaknai sebagai : berpikir sehat; bijaksana ; pantas ; ingat akan Tuhan Yang Maha Esa. Makna tersebut jauh dari perkiraan kita selama ini, yang mengangap bahwa eling berarti ingat, titik, hanya itu. Jadi ketika kita tidak berfikir sehat, bijaksana, pantas, dan tidak ingat akan Tuhan Yang Maha Esa, berarti, kita tidak eling.

Dijaman era globalisasi dan informasi yang begitu deras ini kata kata eling menjadi sangat penting dicermati. Eling membuat kita tidak hanyut, tetapi tidak lari dari kenyataan / realita sebenarnya. Eling berarti waspada dan selalu ingat, menjadikan kita memiliki sifat hati-hati.

Dalam bebrapa petuah eling ada yang sangat menarik perhatian penulis, yaitu :
Eling kudu tansah semende marang pepesten.
Eling kudu tansah pasrah ing Allah.
Eling kudu rumangsa mung dadi titah.
Eling kudu rumangsa saderma nglakoni.
Eling kudu tansah sabar narima. Narimo ing pandum.
Eling kudu tansah lila legawa, bisa gawe seneng atine liyan.


Sekali lagi disini tidak mengajak untuk lari dari kenyataan dan menyalahkan nasib. Tetapi mari kita cermati lebih dalam lagi.

Eling kudu tansah semende marang pepesten. Ketika kita berusaha dan berusaha lalu tanpa hasil terkadang kita mengeluh dan mencari cari kesalahan diri atau lebih parah lagi kesalahan orang lain. Di sini kita diajak untuk ingat, eling bahwa yang menentukan adalah Yang Maha Kuasa. Eling kudu tansah semende marang pepesten.

Menyadari seperti itu berarti kita juga harus selalu eling kudu tansah pasrah ing Allah. Artinya segala sesuatu mari kita pasrahkan sepenuhnya kepada Allah, biarlah Dia yang mengatur semuannya.

Mengapa kita harus pasrah kepada Yang Maha Kuasa?. Eling kudu rumongso mung dadi titah. Ingat kita hanya sebagai titah. Kalau dalam bahasa Indonesia sering diartikan sebagai makluh, tetapi dalam bahasa jawa ini titah diartikan lebih dalam lagi, lebih tepatnya sebagai hamba.
Karenah hanya sebagai hamba akhirnya kita sebagai manusia eling kudu rumongso sadremo nglakoni. Kita hanya menjalani saja. Serahkan segalannya kepada Yang Maha Kuasa.

Keadaan kita sebagai titah, hamba, dan hanya menjalani saja apa yang sudah menjadi pepesten , maka kita harus mau tidak mau sabar narimo, nrimoing pandum. Sabar menerima segala sesuatu yang terjadi, dan menerima semua rejeki yang telah diberikan dengan rasa syukur. Lila legawa dan dak perlu iri dengan teman yang lainnya.

Semoga falsafah jawa yang mulai ditinggalkan, bahkan dianggap tidak agamis ini menjadi renungan kita semua.
lilik-s.blogspot.com